Islam, Renaissance, dan Ilmu Pengetahuan

24 03 2010

Teknologi dan segala kemajuan yang dicapainya tidak akan terlepas dari ilmu pengetahuan dan kemajuannya. Maka amatlah penting bila kita melihat peran ajaran Islam bagi perkembangan ilmu pengetahuan, karena para ilmuwan Barat melihat bahwasannya segala kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan tidak ada kaitannya dengan Agama -di Barat maupun Timur- dengan argumen bahwasannya agama yang absolut ajarannya bersifat statis, sedangkan ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan progresif. Dengan perbedaan tersebut, -menurut ilmuwan Barat- agama tidak dapat mengikuti kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan teknologi.

renaisans

Seperti yang telah diketahui, Yunani adalah tempat di mana lahir filsafat dan ilmu pengetahuan, sekitar 600 tahun sebelum masehi. Dalam pemikiran alam sekitar mereka, para filosof Yunani seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros, Heraklitus, Demokritus yang diikuti oleh Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles banyak memakai akal dalam melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Selanjutnya, di tangan para filosof Yunani, ilmu pengetahuan berkembang demikian pesatnya. Perlu ditegaskan di sini, pada waktu itu ilmu dan filsafat merupakan satu kesatuan dan belum terpisahkan sebagaimana hari ini. Maka akal dalam ilmu pengetahuan, sama dengan filsafat, mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting sekali.

Selama ini ada asumsi bahwa antara agama (yang mempunyai ajaran absolut dan dogma yang diwahyukan dari Tuhan) dan ilmu pengetahuan yang banyak bergantung pada akal yang kebenarannya relatif dan dinamis, terdapat pertentangan keras. Lembaran-lembaran sejarah menunjukkan bahwa di Barat pada era medieval terjadi pertentangan yang sangat sengit antara ilmu pengetahuan dan agama; di Timur juga kita jumpai hal serupa pada masa antara abad 13 dan 20.

Di sini timbul pertanyaan, bagaimana sebenarnya sikap agama (baca : Islam) terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan serta perkembangan tekhnologi? Jawaban pertanyaan ini terletak pada hakikat kedudukan akal dalam agama yang bersangkutan. Agama yang menjunjung tinggi akal tidak akan kesulitan dalam menjawab segala perubahan dan modernisasi, karena ia tidak akan berbenturan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keduanya akan mempunyai hubungan yang harmonis dan akur. Baca entri selengkapnya »





Prinsip Kerja Sedotan

9 03 2010

sedotan

Fisika merupakan cabang ilmu yang senantiasa menjelaskan fenomena alam di sekitar kita. Hal d bawah ini merupakan fenomena sederhana yg sering kita lakukan, namun kadang sebagian kita sulit menjelaskannya.

Yohanes Surya: SEDOTAN adalah sebuah benda berbentuk pipa yang mampu menyedot air ke tempat yang lebih tinggi. Biasanya terjadi pada air di dalam gelas, botol dan minuman kemasan bisa naik ke dalam mulut kita.

Di sekitar kita terdapat udara yang bersifat menekan benda ke segala arah, termasuk air dan gelas. Ketika kita minum air dengan sedotan, maka kita mengurangi tekanan udara di dalam mulut.

Tekanan udara di dalam mulut lebih kecil dibanding tekanan udara di luar. Cara kerja sedotan terlihat dari tekanan udara luar yang mendorong air masuk ke dalam tekanan yang lebih kecil, yaitu mulut kita. Begitupula sebaliknya, jika sedotan kita tiup dengan tekanan udara yang lebih besar, maka arus air akan meuju ke udara luar.